NEWS
Pertarungan Sengit: Strategi Kamala Harris dan Donald Trump di Pemilu 2024

Wilayah Midwest seperti Michigan, Pennsylvania, dan Wisconsin, dikenal sebagai “Blue Wall,” kembali menjadi medan pertempuran utama. Harris dan Trump gencar berkampanye di sana, menyadari bahwa hasil dari tiga negara bagian ini bisa menentukan jalannya pemilu. Harris mencoba mengamankan dukungan dari pemilih kulit putih berpendidikan tinggi yang pada 2020 mendukung Biden, sementara Trump mengandalkan platform ekonomi dan retorika keras soal imigrasi, mirip dengan strategi suksesnya di 2016.
Kampanye Trump berupaya meraih pemilih Latin dan kulit hitam, tetapi sering kali menghadapi kontroversi. Rapat umum baru-baru ini, di mana komedian Tony Hinchcliffe melontarkan komentar rasial, memicu reaksi negatif dan berisiko mengalienasi kelompok minoritas.
Memasuki tahap akhir, upaya akar rumput Harris diharapkan dapat meningkatkan partisipasi pemilih. Kampanyenya melibatkan tim besar untuk door-knocking dan mobilisasi pemilih. Sebaliknya, Trump lebih mengutamakan pengaruh media dan rapat umum besar, mengandalkan tokoh seperti Elon Musk untuk menyebarkan pesan kampanyenya. Strategi ini mengundang kekhawatiran di kalangan GOP karena minimnya infrastruktur lapangan tradisional.
Dengan persaingan yang sangat ketat, hasil akhir diperkirakan bergantung pada strategi lapangan dan mobilisasi massa di detik-detik terakhir. Pemilu 2024 ini mungkin menjadi salah satu yang paling sengit, di mana setiap suara memiliki peran krusial. Untuk menang, kandidat harus meraih 270 suara Electoral College, dengan alokasi elektor yang didasarkan pada populasi negara bagian.