NEWS
Pertarungan Sengit: Strategi Kamala Harris dan Donald Trump di Pemilu 2024

iNdonesian Story – Menjelang Pemilu AS 2024, persaingan sengit terjadi antara Wakil Presiden Kamala Harris dan mantan Presiden Donald Trump. Keduanya fokus pada strategi intensif untuk mengamankan suara di tujuh negara bagian kunci yang diyakini akan menentukan pemenang pemilu. Menurut laporan NBC News, kedua kandidat memiliki peluang yang hampir seimbang.
Harris berupaya mempertahankan dukungan kuat dari pemilih kulit hitam dan Latin—kelompok yang selama ini menjadi basis suara Demokrat, tetapi belakangan menunjukkan keraguan dalam survei. Di pemilu 2020, Joe Biden berhasil meraih 92 persen suara pemilih kulit hitam dan 59 persen pemilih Latin. Tim Harris menargetkan mempertahankan angka-angka ini, terutama dengan adanya peningkatan dukungan untuk Trump di kalangan minoritas.
Selain itu, Harris mengandalkan dukungan perempuan, terutama yang prihatin dengan hak aborsi. Pasca pencabutan Roe v. Wade, isu ini menjadi salah satu topik sentral kampanye Harris, yang berharap dapat menginspirasi pemilih perempuan. Strateginya termasuk tampil di siniar populer “Call Her Daddy” untuk menarik minat perempuan muda yang biasanya tidak aktif dalam politik. Harris juga berusaha mendekati pemilih di pinggiran kota, dengan menargetkan moderat dan independen, serta Republikan yang kecewa pada retorika Trump. Tokoh Republik seperti Liz Cheney dan Adam Kinzinger mendukung Harris, mencoba menarik suara kanan-tengah.
Baca Juga : Bulog Dorong Produktivitas Petani Tebu Blora dengan Bantuan Hand Traktor
Di sisi lain, Trump memusatkan kampanyenya pada daerah pedesaan dan wilayah berpendidikan rendah yang selama ini mendukungnya. Untuk menarik pemilih pria muda yang makin skeptis terhadap politik arus utama, Trump memanfaatkan platform media alternatif seperti siniar Joe Rogan. Kelompok demografi ini berpotensi menjadi penentu penting bagi Trump.
Tim kampanye Trump mengandalkan dukungan dari organisasi seperti Turning Point Action dan donatur besar seperti Elon Musk melalui America PAC. Namun, beberapa pakar strategi GOP khawatir dengan pendekatan ini, mengingat operasi lapangan Trump tidak sekuat metode door-to-door tradisional. Kelemahan ini dapat berdampak pada partisipasi pemilih di negara bagian dengan persaingan ketat.